Dulu, seorang sahabat saya beberapa kali mengungkapkan via SMS, I love you.” Dan saya membalasnya, “I love you too because of Allah.”
Adakah yang salah dari dialog di atas?
Mungkin sebagian kita akan menganggapnya sebagai suatu hal yang tabu. Apalagi hal itu terjadi di antara dua orang berlainan jenis, bukan muhrim dan bukan pula sepasang suami istri. Sangat riskan untuk menafsirkan lebih jauh tentang hubungan apa yang sesungguhnya telah terjalin di antara keduanya.
Sepenuhnya saya setuju.
Namun, sejujurnya saya pun salut dengan apa yang pernah diungkapkan itu. Ia telah berkata jujur pada orang yang dicintainya. Tidak berpura-pura. Tidak menutupi apa yang ia rasakan. Dan orang yang dicintainya pun mengetahui perasaannya.
Jadi, salahkah jika saya masih mempertanyakannya?
Suatu ketika, seseorang berada di samping Rasulullah SAW. Lalu seorang sahabat lewat di hadapan mereka. Orang yang berada di samping Rasulullah SAW itu tiba-tiba berkata, “Ya Rasulullah, aku mencintai dia.”
“Apakah engkau telah memberitahukan kepadanya,” tanya Nabi.
“Belum,” jawab orang itu.
“Beritahukanlah kepadanya,” timpal Nabi.
Kemudian orang itu segera berkata kepada sahabatnya, “Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.”
Dengan serta merta orang itu menjawab, “Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karenaNya.”
***
Cinta adalah anugerah terindah yang diwariskan pada diri setiap insan. Tak pernah ada yang salah dengan kehadirannya di tengah-tengah kita. Hanya saja, kita perlu memaknainya dengan cerdas dan dewasa.
Cinta adalah menghargai. Bukan ruang sempit yang memenjarakan. Terbebas dari nafsu hewani. Terlalu suci untuk dianalogikan dengan aktivitas murahan. Dan tidak selalu identik dengan memiliki.
Cinta adalah cinta.
Sudahkah Anda memiliki cinta yang seperti itu? Jika sudah, apa yang menghalangi Anda untuk mengungkapkannya?
Selasa, 19 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar