Senin, 23 November 2009

Membagi Resah

Ada resah yang ingin kubagi, namun tak kutemukan ruang kosong pada setiap hati yang kutemui. Sementara bebaris kata mengurai menjadi kalimat dalam buncahan rasa tanpa keteraturan gerak. Dan masih di sini sendiri mencari tempat sandaran untuk jiwa yang limbung.

Ada fragmen yang menunjukkan sisi lain tentang kemanusiaan. Ya, sisi manusia biasa yang tetap sedih meski dalam kamuflase senyum merekah. Tak bisa dibohongi, tak bisa dimanipulasi, dan tak bisa dibiarkan.

Kini, rasa yang sering terabaikan itu menuntut perhatian dari sang pemilik hati, yang telah meletakkannya dalam sangkar penghibur diri, dan mengatakan dengan enteng, "Semua akan baik-baik saja, tetap tersenyumlah dan nikmati harimu."

Namun sekali-kali tidak! Untuk saat ini. Karena kini aku harus berpacu dengan waktu. Diiringi resah yang mulai mencapai klimaksnya. Meski masih terpatri dalam keyakinan itu, bahwa Allah yang Maha Penyayang tak kan pernah membuat hambanya mengurusi urusannya sendiri.

Dan pertanyaan pun menggurat di rendah dasar hati, "Allahu Rabbi, apa yang sedang Engkau rencanakan untukku dengan urusan ini?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar